Jakarta – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) melalui inisiatif Jejak Kopi Khatulistiwa (JKK) berkomitmen untuk mendukung perkembangan produk kopi lokal guna mencapai ketahanan pangan serta memperluas jangkauan pasar internasional lewat Xpora. Salah satu contoh keberhasilan dari program ini adalah Mahkota Java Coffee, sebuah usaha kopi asal Garut, Jawa Barat.
Menurut Corporate Secretary BNI, Okki Rushartomo, program JKK adalah bentuk keseriusan bank ini dalam memperkuat kapasitas Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di sektor perhutanan sosial agar mereka dapat berkembang dengan lebih baik.
“JKK adalah sebuah program yang memberi kemudahan akses pembiayaan untuk petani kopi yang telah mendapatkan hak kelola lahan secara sah dari pemerintah. Program ini juga punya potensi untuk mengembangkan ekonomi berkelanjutan, khususnya bagi UMKM kopi yang fokus pada pasar ekspor,” ujar Okki dalam keterangan tertulisnya pada Selasa (11/2/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain berfokus pada peningkatan daya saing petani kopi Indonesia, JKK juga berperan dalam memperluas inklusi finansial di kalangan petani kopi. Okki menyebutkan bahwa pada akhir 2024, BNI telah memberikan pinjaman sebesar Rp67,2 miliar kepada 525 petani kopi yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
“Program yang dimulai pada 2022 ini tidak hanya memberikan bantuan pembiayaan, tetapi juga berbagai program pendukung seperti edukasi, kurasi produk, inkubasi usaha, business matching, serta pemanfaatan solusi transaksi keuangan melalui layanan BNI,” jelasnya lebih lanjut.
Program JKK kini telah meluas ke lima provinsi di Indonesia, yaitu Kabupaten Humbang Hasundutan (Sumatera Utara), Rejang Lebong (Sumatera Selatan), Garut (Jawa Barat), Jember (Jawa Timur), dan Temanggung (Jawa Tengah).
Enung Sumartini, salah satu petani kopi Garut yang berpartisipasi dalam program JKK, berbagi pengalamannya tentang manfaat besar yang dirasakan dalam pengembangan usaha kopinya.
“Saya sangat berterima kasih bisa mengikuti program business matching Xpora yang diadakan BNI, yang mempertemukan kami dengan calon pembeli dari luar negeri. Selain itu, saya juga mendapat kesempatan untuk memperkenalkan kopi Garut di berbagai pameran,” ungkap Enung.
Saat ini, Enung memimpin Kelompok Tani Kasuga (Kopi Asli Urang Garut), yang melibatkan sekitar 130 petani kopi.
Walaupun Kopi Garut masih relatif baru dibandingkan dengan kopi-kopi terkenal lainnya seperti Toraja, Gayo, dan Kintamani, perkembangan kopi Garut menunjukkan potensi yang menjanjikan. BNI telah mendukung para petani kopi Garut untuk memperkuat daya saing mereka dan memproduksi kopi berkualitas tinggi dengan harga jual yang lebih kompetitif.
“Selain mengembangkan produk kopi terbaik dan menjalin hubungan dengan pembeli internasional, BNI juga membantu kami dalam meningkatkan kemampuan bersaing di pasar domestik,” ujar Enung, yang sudah menggeluti dunia kopi sejak 2010.
Enung dan suaminya tidak hanya menanam dan memanen biji kopi, tetapi mereka juga mengolahnya hingga menghasilkan produk dengan kualitas premium, yang telah diikutsertakan dalam berbagai lomba kopi internasional. Enung bahkan meraih penghargaan dalam kompetisi yang diselenggarakan oleh Alliance of Coffee Excellence, sebuah lembaga bergengsi dalam dunia kopi global.
Mengikuti pameran, kata Enung, adalah salah satu cara efektif untuk menjangkau pasar baru dan langsung memperlihatkan kualitas kopi yang mereka hasilkan. Berkat dukungan dari BNI Xpora, yang memfasilitasi UMKM untuk memperluas jaringan pasar internasional, Enung semakin bersemangat untuk menembus pasar luar negeri.
Enung, yang memasarkan kopi dengan merek Mahkota Java Coffee, juga mengatakan bahwa petani kopi yang tergabung dalam Kelompok Tani Kasuga serta petani lainnya telah memanfaatkan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang ditawarkan oleh BNI.
“Selain mendapatkan pembiayaan, berbagai layanan BNI yang memudahkan transaksi keuangan juga sangat membantu dalam menjalankan bisnis kami,” kata Enung.
Biji kopi dan produk olahan yang diproduksi oleh Enung dan kelompok tani Kasuga telah berhasil menembus pasar ekspor sejak 2018. Para konsumen mereka tersebar di negara-negara seperti Taiwan dan Singapura. Dalam setahun, Enung mampu menjual sekitar 100 ton biji kopi.
“Saya juga sedang berusaha untuk menembus pasar Korea Selatan,” tambah Enung.
Penulis : Yovela
Editor : Yovela
Sumber Berita: https://finance.detik.com