Pelaku UMKM mendominasi pembiayaan fintech sebagai borrower di platform fintech lending, baik konvensional maupun syariah. Ini menunjukkan bahwa peran fintech lending sangat krusial dalam pertumbuhan perekonomian negara yang ditunjukkan melalui kontribusinya pada UMKM Indonesia.
Tak hanya itu, fintech lending pun mampu menjawab tantangan apakah pembiayaan digital bisa memberikan efek positif atau tidak di masa pandemi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pembiayaan Fintech dan Kondisi UMKM Indonesia
Adapun data profil borrower dari fintech lending yang bergerak di sektor produktif mencatat 42.4% UMKM online, 38,5% full time worker, 35,8% UMKM offline dengan pangsa sejajar fishermen/farmer/labor. Untuk fintech lending syariah sendiri, justru UMKM offline yang mendominasi di angka 70%, lalu full time worker 50% dan 40% untuk UMKM online.
Sedangkan profil borrower fintech lending di sektor konsumtif mencatat 71,8% full time worker, 64,1% UMKM offline, 55,1% part time worker, 51,3% homemaker, dan PNS/guru di 42,3%.
Dari data-data di atas bisa disimpulkan bahwa UMKM baik online dan offline sudah mendapatkan pembiayaan fintech dalam mengembangkan usaha mereka.
Seluruh anggota AFPI pun berkomitmen untuk terus menyalurkan pembiayaan fintech ke sektor produktif khususnya pelaku UMKM Indonesia, juga pada masyarakat underbanked dan underserved. Tak hanya itu anggota AFPI juga akan membangun kolaborasi dengan digital ekosistem, di mana perusahaan fintech lending bisa memotret profil risiko UMKM Indonesia lebih komprehensif. Ini termasuk kolaborasi dengan lembaga jasa keuangan seperti BPR, perbankan, BPD jadi jangkauan pembiayaan fintech bisa menyentuh lebih banyak UMKM di Indonesia.
Per Desember 2021, ada 156 perusahaan fintech lending yang sudah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan dan juga menjadi anggota AFPI. Para penyelenggara ini terbagi dalam tiga sektor pembiayaan, yaitu konsumtif, produktif dan multiguna juga syariah.
Per September 2020, pembiayaan fintech sudah berhasil menyalurkan pinjaman dana hingga Rp. 128 triliun, ini sangat melesat jauh sebesar 113% dibanding tahun sebelumnya.
Bagi Anda pelaku UMKM Indonesia, agar bisa mengajukan pembiayaan fintech untuk modal usaha, berikut ini ada beberapa perusahaan fintech lending UMKM yang terdaftar OJK dan bisa dipilih menyesuaikan kebutuhan usaha Anda.
5 Fintech Lending yang Menyediakan Pembiayaan untuk UMKM
Akseleran
Akseleran memberikan pembiayaan fintech kepada pelaku usaha berbentuk firma, CV, PT dan perseorangan. Untuk plafon pinjaman mulai dari 75 juta hingga 2 miliar. Masa tenor mulai dari 1 bulan sampai 24 bulan.
Suku bunga yang ditawarkan Akseleran 6,48% – 17% per tahun (flat). Sedangkan besaran suku bunga final akan ditentukan oleh perusahaan berdasarkan level pinjaman dana tersebut yang diperoleh dari hasil analisis kelayakan dan risiko usaha.
Investree
Barangkali ada yang belum tahu bahwa Investree merupakan salah satu pionir berdirinya perusahaan fintech pendanaan bersama Indonesia.
Produk Investree lebih berfokus kepada pinjaman produktif bagi pengusaha, khususnya UMKM. Jadi, Investree memberikan pinjaman dana produktif untuk mengembangkan usaha, bukan untuk kebutuhan konsumtif.
Jenis pinjaman Investree adalah invoice financing, buyer financing, dan working capital term loan.
Modalku
Modalku menawarkan tiga jenis pinjaman untuk UMKM.
Modalku Virtual Credit
Ini merupakan fasilitas pay later bagi UMKM. Untuk jenis ini tidak ada agunan, biaya hanya dikenakan untuk limit yang terpakai. Pengajuan pinjaman hingga 500 juta dengan tenor 15-30 hari.
Modal Kawan Mikro
Pinjaman usaha bagi UMKM tanpa agunan, sangat cocok untuk pengusaha online dan offline. Pengajuan pinjaman hingga 250 juta, tenor 3-12 bulan.
Invoice financing
Pinjaman tanpa agunan, pencairan pinjaman hingga 80% dari nilai invoice usaha Anda, dan ini solusi arus kas bagi bisnis Anda. Pengajuan pinjaman hingga 2 miliar, tenor 15-90 hari.
Amartha
Perusahaan fintech lending Amartha memberikan layanan bagi pengusaha mikro yang belum memiliki akses kredit ke perbankan. Lebih khusus lagi, Amartha melayani kelompok ibu-ibu arisan yang mau mengajukan pembiayaan fintech dalam jumlah kecil.
Prosesnya cukup mudah yaitu membentuk kelompok terdiri 15-20 orang tentunya domisili berdekatan dan wajib mengikuti pelatihan untuk membangun komitmen tanggung renteng apabila salah satu anggota mengalami kesulitan membayar.
Kedua adalah cek skor kredit. Pengajuan pinjaman dana akan dievaluasi berdasarkan skor kredit.
Koinworks
Pengajuan pinjaman yang ditawarkan oleh Koinworks adalah plafon pinjaman untuk modal usaha dimulai dari 10 juta hingga 2 miliar. Untuk tenor mulai 6 bulan hingga 24 bulan.
Bagi Anda yang mau mengajukan pembiayaan fintech di Koinworks harus memperhatikan bahwa ada biaya lain yang dikenakan kepada borrower.
Untuk bunga pinjaman modal usaha 0,75% – 1,67% flat per bulan, biaya persetujuan kredit 2-4%, biaya asuransi jiwa 0,24%, dan biaya administrasi 100rb.
Selain 5 perusahaan fintech lending di atas, ada juga perusahaan lain yang sudah terdaftar di OJK yang juga menawarkan pembiayaan bagi UMKM, seperti Lumbung Dana, Modal Rakyat, Qazwa, Ammana.id, Alami dan masih banyak lainnya.
Lalu bagaimanakah syarat pengajuan pinjaman pembiayaan fintech untuk UMKM?
Inilah Syarat Pengajuan Pinjaman Pembiayaan Fintech untuk UMKM
Jika dibaca di website masing-masing perusahaan fintech lending, ada beberapa syarat yang sama dan ada pula syarat khusus. Untuk syarat khusus ini biasanya tergantung dari jenis pembiayaan yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut.
Adapun syarat umum untuk pengajuan pinjaman pembiayaan fintech untuk UMKM sebagai berikut;
Warga Negara Indonesia tinggal di Indonesia
Usia minimal 21 tahun
Usaha telah berjalan minimal 1 tahun
SIUP+TDP+NPWP perusahaan jika PT atau CV
mutasi Rekening 3 bulan terakhir
Omset usaha tertera di rekening bank
Bersedia melampirkan rekening koran dan laporan keuangan minimal 6 bulan terakhir
Untuk persyaratan pengajuan pinjaman, pada umumnya mencantumkan domisili yang bisa tercover pinjaman seperti wilayah Jabodetabek, Banten, Bandung. Bagi Anda yang berada di luar wilayah tersebut, bisa mendapatkan pinjaman tergantung kebijakan perusahaan fintech lending. Contoh, Akseleran mensyaratkan wilayah Jabodetabek, Bekasi atau Bandung, di luar wilayah tersebut bisa menggunakan layanan selama jumlah pinjaman lebih dari 200 juta.
Selain itu ada juga perusahaan fintech lending yang menambahkan syarat khusus seperti berhasil mencetak laba bersih 1 tahun terakhir, memiliki laporan keuangan, dan membuat proposal pinjaman.
Kesimpulan
Hadirnya fintech lending membawa angin segar dalam pembiayaan. Kini, UMKM Indonesia pun bisa leluasa mendapatkan modal usaha tanpa perlu proses yang ribet dari fintech lending. Semoga ke depannya kolaborasi fintech lending dan lembaga keuangan lainnya bisa lebih menjangkau banyak UMKM Indonesia
Berita ini sudah pernah tayang di platfrom berita online berikut:
Penulis : Sri
Editor : Mr. Izzy