Kerajinan Tarompa Datuak Karya Pengrajin Turun Menurun

Senin, 13 Januari 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

PADANG PANJANG – 12 Januari 2025

Di tengah kemajuan zaman, usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Padang Panjang, Sumatra Barat, tetap berjuang melestarikan budaya lokal. Salah satunya adalah Arlen (61), pengrajin sandal tradisional Tarompa Datuak. Tarompa ini adalah simbol adat Minangkabau yang secara turun-temurun menjadi aksesoris bagi para datuk.

Usaha Keluarga Turun-Temurun
Arlen melanjutkan usaha yang diwarisi dari kakeknya empat generasi lalu. Berlokasi di Kelurahan Koto Katik, Kecamatan Padang Panjang Timur, Arlen membuat sandal ini dengan teknik manual, tanpa bantuan teknologi modern. Semua proses, mulai dari pemotongan kulit sapi hingga finishing, dilakukan dengan alat tradisional seperti pisau dan pangukua karambia (parutan kelapa tradisional).

Produksi Harian dan Kendala
Dalam sehari, Arlen mampu menyelesaikan hingga empat pasang sandal. Namun, untuk jenis tertentu yang lebih sulit, hanya satu pasang dapat diselesaikan. Bahan baku berupa kulit sapi diperoleh dari Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di Silaing Bawah, namun harga bahan yang mahal menjadi tantangan besar.

Persaingan Pasar
Arlen menghadapi persaingan ketat dari produk sejenis yang diproduksi di luar daerah. Akibatnya, pesanan dari berbagai wilayah seperti Batam, Bukittinggi, hingga Pulau Jawa, menurun drastis dalam dua tahun terakhir. Meski demikian, Arlen tetap membuka usahanya setiap hari, menunjukkan komitmennya untuk menjaga tradisi.

Harapan untuk Masa Depan
Tarompa Datuak dijual dengan harga Rp200.000–Rp250.000, tergantung tingkat kesulitannya. Meski belum ada anggota keluarganya yang aktif melanjutkan usaha ini, Arlen optimis tradisi ini akan diteruskan generasi muda. Ia berharap pemerintah dan masyarakat mendukung pelestarian UMKM tradisional ini agar tidak punah.

“Tarompa Datuak bukan sekadar sandal, ini adalah jejak sejarah dan warisan budaya Minangkabau yang harus dilestarikan,” ujar Arlen.

(Muhammad Noli Hendra – Bisnis.com)

Facebook Comments Box

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penulis : Andhika

Editor : Ilham

Sumber Berita: Https://bisnis.com

Berita Terkait

Lilin Hias Ramah Lingkungan dari Bojonggede Mendunia
Didukung BRI, Cokelat Ndalem Sukses Rambah Pasar Internasional
Pemkab Sumenep Dukung Ekonomi UMKM Lewat Bazar Takjil
Foopak-Pisang Goreng Madu Bu Nanik Kolaborasi Dukung UMKM Berkelanjutan
Pengusaha Kampung Ketupat Cimahpar Naik Kelas Bersama Klasterku Hidupku
Bekas Pabrik Gula ‘Disulap’ Jadi Rest Area Megah, Telan Rp 149 M
Ramadhan, Omzet UMKM Konveksi di Surabaya Anjlok, Imbas Efisiensi
Direstui Pemerintah, Aplikasi Belanja Online Bakal Bawa Produk UMKM Mendunia

Berita Terkait

Senin, 17 Maret 2025 - 11:05 WIB

Lilin Hias Ramah Lingkungan dari Bojonggede Mendunia

Senin, 17 Maret 2025 - 10:50 WIB

Didukung BRI, Cokelat Ndalem Sukses Rambah Pasar Internasional

Senin, 17 Maret 2025 - 10:34 WIB

Pemkab Sumenep Dukung Ekonomi UMKM Lewat Bazar Takjil

Senin, 17 Maret 2025 - 10:20 WIB

Foopak-Pisang Goreng Madu Bu Nanik Kolaborasi Dukung UMKM Berkelanjutan

Senin, 17 Maret 2025 - 10:09 WIB

Pengusaha Kampung Ketupat Cimahpar Naik Kelas Bersama Klasterku Hidupku

Berita Terbaru

Berita

Lilin Hias Ramah Lingkungan dari Bojonggede Mendunia

Senin, 17 Mar 2025 - 11:05 WIB

Berita

Pemkab Sumenep Dukung Ekonomi UMKM Lewat Bazar Takjil

Senin, 17 Mar 2025 - 10:34 WIB